Sunday, December 17, 2017

Media sosial bernama jalanan

   
Sebagai warga negara yang baik kita tentu harus mengikuti segla aturan, sebagai pedoman bernegara yang baik agar turut meneruskan kemerdekaan yang telah dengan susah payah diwujudkan oleh para pendahulu kita, tentu kita sekarang ini dihadapkan pada posisi sulit yang dengan jelas membayang di depan mata. Entah itu tentang bagaimana sulitnya proses birokrasi yang menyita waktu, tentang bagaimana agar pendirian baik tetap berdiri, tetap mengobarkan api idealisme yang membangun, serta satu hal terakhir yang sama-sama sulit dengan poin sebelumnya. Teguh menaati aturan, tidak semua masyarakat Indonesia bisa dengan mudah mentaati aturan, dan Tidak semuanya juga melanggar tentunya. Awal kata kita ambil contoh dari sebuah marka jalan yang mana kita sendiri sangat dan bahkan tidak bisa mematuhinya sekalipun kita faham betul tentang berbagai macam marka jalan.

JALANAN ADALAH ETALASI DARI SETIAP EGO MANUSIA.

   Tentu kita pernah mengalami sebuah hal yang dapat menimbulkan konflik dan itu berawal dari jalanan, jalanan tempat berjuta manusia dengan tujuan masing-masing, entah itu tujuan baik bahkan terlebih tujuan yang buruk, Na'udzubillah. Dan dari hal itu pula terjadi banyak gesekan bahkan berakhir tindakan kekerasan yang terjadi di jalan. Dan bagi saya sendiri itu merupakan peristiwa 'Out Of Ride' dimana dalam hal  konflik di jalan sudah keluar dari konteks berkendara. penyebab pertama dimana terjadi kesalahan satu sama lain yang dibarengi dengan rasa egois yang tinggi, jika saja salah satu dari subjek tersebut dapat menguasai ego nya, kejadian yang tak diinginkan dapat dihindari dengan mudah. kembali pada rasa ego yang tinggi masing-masing. Jika kedua subjek atau lebih  telah dikuasai rasa egois yang tinggi tentu tidak dapat disangkal bahwa akan terjadi sebuah pergesekan dimana hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi begitu saja tanpa disadari, tentu kita menengok kebelakang beberapa waktu yang lalu ketika ada oknum aparat atau yang mengaku mengenal 'orang kuat' bertindak konyol dengan menolak diperingatkan ketika melakukan pelanggaran. Bahkan beberapa dari mereka ada yang bertindak semena-mena dengan mengangkat senjata atau ancaman. Dan kejadian tukang Ojek lempar helm ketika melanggar trotoar. Kala rasa empati telah mati karena rasa egois terlampau tinggi, saat itu pula rasa takut pada tuhan seakan menjadi sebuah omong kosong. Sudah pasti kerugian akan kembali kepada diri masing-masing. Entah itu dengan cepat atau suatu saat. Tapi ingatlah bahwa hukum karma tetap ada selama bumi masih berputar.

'Kalimat yang paling Allah benci (adalah ketika) seseorang menasehati temannya, "bertaqwalah kepada allah..." namun dia menjawab "urus saja dirimu sendiri"'

 AYO BERUBAH!

   Ingat jalan di negara Indonesia ini sangat panjang, dan ada jutaan pengguna didalamnya, maka berfikirlah sebelum berfikir bahwa anda bebas seenaknya berbuat apapun di jalan. Dan tentu jangan sekali-kali menganggap pemakai jalan yang lain remeh, karena anda hanya bagian yang sangat kecil dari jutaan pemakai jalan, mulailah berlatih mengendalikan emosi dimana jalan memiliki jutaan emosi lainnya. Dan yang terakhir tumbuhkan rasa empati dan saling memahami, Bukankah hidup ini akan sangat indah jika semua orang saling memahami. Kita sama, kita punya tujuan masing-masing dengan kepentingan masing-masing alangkah indahnya jika kita berjalan bersama dan saling berdampingan agar selamat dalam perjalanan tanpa rasa tidak enak hati apapun. Semoga bermanfaat.
Gresik, 17 Desember 2017

0 comments:

Post a Comment